Mahabharata Episode 042 KEREN KW12

ARJUNA MENDAPATKAN PELATIHAN KHUSUS DARI GURU DRONA

By KEREN KW12

Sinopsis film Mahabharata episode 042
Sinopsis by keren kw12

Melihat ada seorang anak muda yang tidur dengan pulas di tempat itu durjana segera mengambil pedang yang ada di sana. Duryudana terkejut karena pemuda itu sadar akan kehadiran duryudana dan menarik pedang nya dengan cambuknya. Duryudana dengan politik yang sudah terlatih dengan Sangkuni, Pangeran guru ini menjadikan Putra guru Drona sebagai teman. Aswatama yang tertarik dengan kemewahan istana, tidak kuasa menahan keinginannya dan segera menjadi teman Duryudana.

Tiba-tiba tempat lelah ini bergetar dan terbang oleh kekuatan guru Drona. Guru Drona mengambil ranting yang ada dibawahnya dan dan melemparkannya ke arah tenda itu hingga terbakar habis. Hal ini membuat Duryudana , Dursasana dan Aswatama terkejut sekaligus tidak senang. Guru turunan dengan kemarahannya mengatakan bahwa tidak boleh ada satupun fasilitas yang disediakan di di tempat pendidikannya.

Aswatama membakar emas dan kain kain sutra yang dikirim dari Hastinapura. Ibunya mempertanyakan kelakuan dari Aswatama. Putra guru Drona itu menyatakan bahwa ia sudah berteman dengan pangeran dari Hastinapura dan dia akan menjadi raja. Bahkan dirinya sudah berjanji untuk mengjak ia di kerajaannya.  

Tiba-tiba guru Drona datang diantara Aswatama dan ibunya. Dorna mengatakan bahwa ada empat macam bentuk persahabatan . Yang terbaik adalah dimana tujuan, kerjasama menjadi satu untuk kesejahteraan. yang kedua adalah saat semua teman menjadi satu dan memberikan keluarga mereka, dinasti dan bangsanya. Yang ketiga adalah bisnis di mana untuk mencari keuntungan bersama. Dan yang terakhir yang terburuk dimana semua dilakukan hanya demi kesenangan saja. Kematian Drona mempertanyakan persahabatan mana yang dipilih oleh dengan pangeran dari kuru.

Guru Drona mengingatkan bahwa Aswatama adalah cucu dari resi bharadwaja dan putra dari murid parasurama yang luar biasa. Aswatama haruslah jadi yang terbaik. Dia punya hak untuk Tahta dari pancala. guru Drona berjanji kepada anaknya bahwa ia akan mendapatkan anaknya sebagai raja dari Pancala. Kripi pesimis dengan kata-kata suaminya, namun guru Drona memiliki keyakinan terhadap pengajaran dan kekuatannya.

Di malam hari para pangeran anak-anak Destrarastra kesulitan untuk tidur karena tidak terbiasa dengan suasana yang seperti ini. Berbeda dengan para Pandawa yang sudah terlelap. 

Ketika pagi tiba guru Drona datang dengan tongkatnya. Dirinya senang melihat kelima Pandawa sudah tidak berada di di tempat tidurnya dan sudah beraktivitas. Drona mulai membangunkan para Kurawa dengan suaranya, namun Dursasana yang masih teringat suasana kerajaan justru memanggil gurunya dengan pelayan. Kemudian drona membangunkan Dursasana dengan memukul kan tongkatnya. 

Guru Drona memulai pendidikannya kepada para pangeran Kuru. Pengajaran pertama adalah pengajaran untuk memanah mata burung kayu yang sudah diletakkan di cabang pohon. 

Guru Drona menyuruh Yudistira untuk masuk ke depan karena ia yang tertua. ketika Yudistira membidikkan panah nya turuna menanyakan apa yang dilihat dari Yudistira. Kakak tertua Pandawa ini menjelaskan apa yang dilihat dengan luas sekali. Sang Guru memuji pola lihat dari Yudistira dan mengatakan bahwa ini adalah salah satu kualitas dari penguasa. Tapi Yudistira tidak bisa jadi pemanah, kemudian guru Drona menyuruh busurnya diletakkan.

Yang kedua adalah ah Bima. Sang Guru menanyakan apa yang dilihat dari Bima. Mengatakan bahwa kakaknya telah membuat masalah untuknya dengan menunjukkan semua hal, apapun yang kakaknya lihat dia juga bisa lihat. Bima juga melihat bahwa di pohon itu ada banyak sekali buah. Sang Guru mengatakan bahwa Bima bisa melihat banyak hal namun ia lupa dengan tali busurnya sendiri. Sebagai hukuman, bima disuruh mengitari tempat ini 100 kali baru mengikat tali busurnya.

Kemudian guru Drona menyuruh Duryudana untuk maju dan membidik sasaran nya. Sang Guru kembali bertanya mengenai apa yang dilihat dari muridnya. Duryudana menjawab bahwa melihat ada burung dan cabang pohon, dengan sombongnya sang pangeran bertanya apa yang harus dia jatuh kan burungnya atau cabang pohonnya. Guru Drona menjelaskan bahwa mata burung ada di cabang pohon dan dipanah dengan cara khusus agar burung nya tidak jatuh dari pohon. Duryudana mengatakan bahwa sebuah serangan pasti ada dampaknya, namun Sang Guru mengatakan bahwa muridnya itu belum bisa mengendalikan dampak tersebut. Kemudian sang guru menyuruh untuk meletakkan busurnya dan kembali ke tempat.

Aswatama dengan kesombongannya mengatakan bahwa ia terkejut karena tidak ada satupun Pangeran guru yang bisa menembus mata burung itu. Dirinya pun tersenyum sombong. Kemudian guru Drona memilih Arjuna untuk maju ke depan. Arjuna membidik sasarannya. Sang Guru kembali menanyakan apa yang dilihat dari muridnya. Arjuna mengatakan bahwa ia hanya melihat mata dari burung itu saja. Sang guru menyuruh agar Arjuna melepaskan panahnya dan panah itu berhasil menembus mata burung itu tanpa menjatuhkan burung dari cabang pohonnya. Hal ini membuat guru Drona senang dan bangga kepada muridnya.

Komentar

Post populer